Wednesday, August 5, 2015

Pria Ini Gagal Gabung ISIS Karena Diduga Mata-mata Jerman

Ingin bergabung dengan kelompok ekstrimis Negara Islam atau ISIS, Ebrahim B meninggalkan Jerman.  Pria keturunan Tunisia ini direkrut oleh Yassin Ousaiffi, seorang pria yang sekarang bekerja di Suriah sebagai hakim. Namun saat berhasil ke Suriah melalui Turki, ia tidak diterima oleh ISIS dan malah dicurigai sebagai mata-mata. Saat itulah awal pengalaman penuh teror itu dimulai. 
Berdasarkan keterangan kantor Kejaksaan Federal Jerman, Ebrahim ini ingin berjihad bahkan bersedia mengorbankan dirinya sebagai pelaku bom bunuh diri untuk ISIS. Namun setelah berada di penjara ISIS ia berubah pikiran, ia ingin menjadi pahlawan, namun dari sisi yang berlawanan yaitu dengan bersaksi di depan publik tentang kebrutalan ISIS.

Ia meminta agar kaum muda Jerman dan negara lain untuk tidak mudah dirayu oleh para perekrut ISIS. Saat ini menurut keterangan otoritas pemerintah Jerman ada sekitar 700  orang muda Jerman bergabung bersama ISIS. 
Akhir Mei 2014, Ebrahim terbang ke Turki untuk bergabung dengan ISIS. Di sana ia melintasi perbatasan menuju kota Jarabulus, disana ia harus menyerahkan paspor dan telepon genggamnya. Namun Ebrahim dicurigai bahwa sebagai mata-mata Jerman karena Ebrahim adalah anggota Partai Sosial Demokratik Jerman. 
Pria yang baru berusia 26 tahun itu kemudian dijebloskan ke dalam sel bersama seorang asing lain. Di dalam penjara ISIS itu, ia bisa mendengar suara-suara orang yang disiksa hingga mati. "Saat menjelang ajal, suara mereka seperti suara kucing terlindas mobil," demikian ia menuturkan keadaan di penjara tempat ia ditahan di suatu tempat di Suriah.
Setelah itu, para algojo melemparkan kepala dan tubuh yang terpisah ke selnya sebagai peringatan akan mata-mata yang menyusup ke ISIS. Ebrahim berada dalam 'antrean' untuk dieksekusi. Ajaibnya ia bisa lolos dari situ hanya dalam waktu satu bulan.
Ebrahim melarikan diri saat ia menolong seorang  anggota ISIS yang terluka ke Turki. Ia pun berhasil terbang kembali ke Jerman. "Aku lebih memilih dipenjara di Jerman daripada tempat di Suriah yang katanya memberikan kebebasan itu," kata Ebrahim kepada media Jerman yang mewawancarainya seperti dikutip dari The Independent. 
"Kalau kamu melihat anak perempuanmu atau anak lakimu jatuh ke skenario seperti aku atau perlahan-lahan menjauh darimu, jangan kau diamkan," nasehat Ebrahim. "Jangan kau diamkan, sediakan waktu untuknya dan katakan bahwa kau adalah keluarganya."
Ebrahim adalah tipikal imigran di Jerman. Orangtuanya datang dari Tunisoia ke Wolfsburg , Jerman, pada 1970-an dan bekerja untuk Volkswagen. Ketika Ebrahim diterima sekolah di Wolfsburg Gymnasium, ia bermimpi mempunyai karier yang bagus. 
Namun impiannya untuk membangun kehidupan yang indah kandas karena nilai akademisnya jeblok dan berakhir di sekolah negeri rendahan. Ia juga bukan pemeluk agama yang baik. Ia mengonsumsi obat-obatan, merokok, dan minum alkohol. Hidupnya berakhir sebagai pemijat. 
Kota Wolfsburg terkenal sebagai tempat rekrutan ISIS di Jerman.  Ebrahim dan sekelompok anak muda Jerman lain di masjid Ditib Wolfsburg berhasil direkrut untuk bergabung dengan ISIS. Mereka diiming-imingi mobil mewah dan 4 istri. 
"Jujur saja, siapa yang tidak mau istri empat? Tapi sekarang, kalau aku direkrut Jamaican rock band atau Hell Angel's dari Amerika, aku lebih memilih mereka daripada 4 istri itu," ungkapnya kepada The Independent.
Ia mengklaim 'terselamatkan' untuk tidak segera dieksekusi berkat Ousaiffi.  Ebrahim ingin kesaksiaannya di sidang diumumkan kepada publik dan dijadikan contoh bagaimana ia diperbodoh oleh ISIS. "Aku bodoh," katanya menutup pembicaraan. Sejumlah pihak mendukung. "Seluruh Eropa menunggu mereka kembali dan berbicara kepada media serta mematahkan mitos perang suci itu," kata  Peter Neumann, guru besar King's College London.
Senada dengan Susanne Schroter, pengajar dari Universitas Goethe, mengatakan pengakuan Ebrahim dapat menghentikan imajinasi para remaja tentang menjadi bagian kaum militan. "Banyak orang yang ingin jadi pejuang, namun berakhir jadi tukang cuci mobil. Perempuan muda yang mendambakan pangeran sempurnanya, berakhir jadi PSK," kata Sussane kepada DW.  (Rie/Yus/Liputan6.com)

No comments:

Post a Comment